CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Aseriquays

Foto saya
-computer said- Hello! there's one messages! : ( a girl sound ) " hi! diah's here. thx for visit my blog ya! i'm thirteen and contact me at : ddrr.dee@hotmail.com so avaroku_ddrr@yahoo.com. oyea, hope you enjoy yaa and i'm very thanked if you give some comment " -computer said- leave messages for reply. thankyou

my zodiak

September 19, 2008

Rumah Susun udang Galah

Enam blok rumah susun berlantai 6 di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, itu berdiri kokoh di atas tanah seluas 24.800 m2. Pada setiap blok dibangun ruang-ruang seukuran rumah tipe 21. Total jenderal ada sebanyak 600 kepala keluarga tinggal di sana. Pembesaran udang galah kini mengadopsi gaya rumah susun itu. Setiap 1 m2 dihuni 30 bibit berukuran 1 cm. Hebatnya kelulusan hidup meningkat dari 60% menjadi 70%.
Selama ini pembesaran udang galah hanya memanfaatkan dasar kolam sebagai tempat tinggal. Itu pula yang membuat padat penebaran terbatas, hanya 10 ekor/m2. Itu sudah maksimal. Bila dipaksa lebih padat, udang yang sedang moulting sulit menghindar dari kejaran udang lain. Tingkat kematian mencapai 40%.
Itu dialami Sukandi, peternak di Belitung, Kepulauan Bangka-Belitung. Saat itu Sukandi menebar 13.000 bibit berukuran 1,5-2 cm di kolam berukuran 30 m x 50 m. Lima bulan kemudian, saat dipanen, tidak lebih dari 7.800 ekor berbobot masing-masing 50 g yang didapat. 'Itu gara-gara setiap bulan ada udang ganti kulit dimangsa udang yang lebih besar. Penyebabnya tidak ada ruang tempat bersembunyi,' kata pengelola Usaha Bersama Bina Warga di Batu Itam, Belitung, itu.
Tempat bersembunyi
Duka itu tinggal kenangan. Sejak menerapkan sistem rumah susun pada setiap kolam, 'Belum ada karapas yang mengapung,' tutur Sukandi. Artinya, belum ada udang mati akibat kanibalisme. 'Setelah 5 bulan lebih, dipanen 70% udang berbobot 50 g,' ucapnya.
Beralasan rumah susun meningkatkan padat tebar sekaligus produktivitas. Menurut Dr Ir Fauzan Ali, sang penemu, rumah susun udang galah mampu menampung banyak penghuni dalam 1 lokasi. 'Rumah susun memanfaatkan luas dan tinggi bidang kolam,' ujar aquaculture physiologist di Pusat Penelitian Limnologi LIPI itu.
Setiap rumah berukuran 1,5 m x 1,5 m dengan 5 lantai. 'Susunan bertingkat itu membuat udang dapat bersembunyi,' kata Ir Gunawan, peneliti bidang produktivitas perairan darat Limnologi LIPI, yang turut menguji keampuhan cara baru itu. Di setiap lantai terdapat ruangan berukuran 20 cm x 20 cm. 'Ukuran itu sesuai panjang tubuh udang sampai siap panen,' tambahnya. Manfaat lain, ruangan besar membuat pakan tidak terselip sehingga kualitas air terjaga.
Itu terbukti pada 9 kolam percobaan milik Dino, peternak di Ciampea, Bogor, 3 tahun lalu. Saat itu kolam berukuran 500 m² diisi puluhan rumah susun. 'Setiap 1 m² diisi 30 ekor berukuran 1 cm,' ujar Fauzan. Saat panen, 3 kolam yang diamati mampu menghasilkan 345- 355 kg/ 500 m² dengan bobot udang 50 g/ekor. Padahal, dengan cara tradisional padat tebar 10 ekor/ m², dipanen 200-250 kg/1.000 m². Artinya rumah susun dapat meningkatkan produktivitas hingga 70%.
Bambu tua
Selain kedua manfaat itu, adanya rumah susun membuat udang siap panen terhindar dari pencurian. Maklum susunan bambu menyulitkan pencuri untuk menjaring. Yang dipakai adalah bambu tua. 'Bambu muda masih mengeluarkan lendir yang dapat mencemari kolam,' ungkap Fauzan. Bambu berdiameter 5 cm itu dipotong sepanjang 80 cm. Setelah itu dirangkai membentuk bujur sangkar. 'Mirip seperti kotak karamba,' tambahnya.
Tak hanya bambu, rumah susun dapat dibuat dari kayu. 'Asal bukan dari stainless steel,' seloroh Fauzan. Stainless dapat tererosi yang menimbulkan udang keracunan. Pengait antarbambu atau kayu juga tidak boleh dipaku. Adanya bambu dan kayu memudahkan peripiton yang menjadi pakan udang dapat menempel. 'Udang tidak kekurangan pakan alami,' ucap Gunawan.
Agar tidak mengapung, dasar rumah susun diberi 2 penopang bambu di kanan dan kiri dengan panjang 30 cm. Setelah itu ditancapkan ke dasar kolam. Masing-masing keramba itu lalu disusun memenuhi 80% luas kolam. Agar mudah dipanen, antarrumah diberi jarak kurang lebih 1 m. Panen dilakukan dengan mengambil udang yang menempel pada ruang rumah.
Sirkulasi air
Meski banyak memberi keuntungan, sistem rumah susun tak lepas dari kendala. Menurut Dr Coco Kokarin, ketua peneliti udang BPTP Jepara, perputaran air mutlak diperhatikan. 'Semakin padat penebaran, persaingan mendapat oksigen tinggi,' katanya. Karena itu harus ada sirkulasi dengan arus tenang. Dalam sehari air harus diganti 300%. Dengan cara menyaring melalui filter sebanyak 3 kali sehari.
Sirkulasi juga berperan membuang sisa pakan dan kotoran. Berdasarkan hitungan Coco, seekor udang rata-rata mampu mengkonsumsi 100 g pakan/hari. 'Dari 100 g itu yang jadi amonia 21% bila menggunakan pakan yang mengandung 35-40% protein,' tambahnya.
Selain itu, perputaran air harus laminar. Artinya, air mengalir dari 1 titik ke 1 titik akhir. Contoh dari depan ke belakang kolam tempat penampungan sisa pakan dan kotoran. Arus laminar akan mendorong sisa pakan dan kotoran ke satu arah. 'Memang bagian belakang kolam rentan keracunan,' tutur Coco. Namun, jumlah yang keracunan itu lebih kecil daripada arus turbulensi. Arus itu malah membuat sisa pakan dan kotoran berputar dan mencemari seluruh kolam.
Untuk menyiasatinya, Fauzan menggunakan pipa berdiameter 10 cm dan 7,5 cm. Yang disebut pertama diletakkan di dasar kolam.Air dasar kolam akan masuk melalui pipa itu. Kemudian melewati pipa 7,5 cm menuju pembuangan. Setelah itu air baru dapat masuk ke kolam.
Stabilitas suhu dan pH juga memegang peranan penting. Idealnya suhu berkisar 25-26oC dengan pH 6,5-7. 'Naik dan turun suhu tidak boleh lebih dari 5°C,' tutur Fauzan. Saat suhu dan pH stabil, nafsu makan udang terjaga. Saat sirkulasi, kualitas air, dan suhu terjaga, niscaya tingkat kelulusan hidup pada pembesaran dengan padat tebar tinggi dalam rumah susun tetap tinggi.

1 komenss:

Unknown mengatakan...

Saya tertarik untuk mencoba udang galah nih, boleh minta info dimana dapat bibitnya di kota semarang?? trims.
Sierra

MESSAGES